KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas makalah Ekonomi dengan judul Prospek Peternakan Sapi Perah di Masa Depan
dengan
baik, meskipun masih ada kekurangannya.Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Prospek Peternakan Sapi Perah di Masa Depan
adalah sebagai tugas pada mata kuliah ekonomi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak atas
kesempatan dan terselesaikannya makalah ini kepada bapak Ir. Warsono Sarengat ,MS. yang telah membimbing penulis
dalam mata kuliah Ilmu
Peternakan Umum. Tanpa ilmu yang bapak berikan penulis
tidak dapat mengerjakan makalah ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang turut memberikan bantuan kepada penulis hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin tapi penulis
sadari tidak ada yang sempurna, apa bila ada hal yang tidak berkenan penulis
mohon maaf , dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semarang, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan negara sedang berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan laju pertumbuhan yang pesat.
Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap
peningkatan permintaan (demand) produk pangan masyarakat. Selain itu,
perkembangan masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi pendapatan
maupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya nilai gizi pangan. Hal
ini membuat masyarakat cenderung lebih meningkatkan
konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu produk pangan yang
terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya adalah susu. Peningkatan
tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke
tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8
kg/kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).
Pengembangan sektor peternakan
khususnya usaha ternak sapi perah di Indonesia saat ini perlu dilakukan karena
kemampuan pasok susu peternak lokal saat ini baru mencapai 25 persen sampai 30
persen dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007).
Besarnya volume impor susu menunjukkan prospek pasar yang sangat besar dalam
usaha peternakan sapi perah untuk menghasilkan susu sapi segar sebagai produk
substitusi susu impor.
Meningat kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok dalam pengembangan peternakan sapi perah (agribisnis persusuan) serta besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri, sebenarnya banyak sekali kerugian yang diperoleh Indonsia akibat dilakukannya kebijakan impor susu. Diantaranya adalah terkurasnya devisa nasional, tidak dimanfaatkannya potensi sumber daya manusia yang ada khususnya masyarakat pedesaan untuk pengembangan agribisnis persusuan, dan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan ini dikembangan secara baik.
Meningat kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok dalam pengembangan peternakan sapi perah (agribisnis persusuan) serta besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri, sebenarnya banyak sekali kerugian yang diperoleh Indonsia akibat dilakukannya kebijakan impor susu. Diantaranya adalah terkurasnya devisa nasional, tidak dimanfaatkannya potensi sumber daya manusia yang ada khususnya masyarakat pedesaan untuk pengembangan agribisnis persusuan, dan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan ini dikembangan secara baik.
Perumusan
Masalah
ü 1. Bagaimana Memulai suatu Usaha
Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Gowa
ü 2. Bagaimana Perencanaan Pengembangan
Sapi Perah di Kabupaten Gowa
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Firman (2007), seiring
dengan perkembangan waktu, perkembangan agribisnis persusuan di Indonesia
dibagi menjadi tiga tahap perkembangan, yaitu Tahap I (periode
sebelum tahun 1980) disebut fase perkembangan sapi perah, Tahap II (periode
1980-1997) disebut periode peningkatan populasi sapi perah, dan Tahap III (periode
1997-sampai sekarang) disebut periode stagnasi. Stagnasi tersebut menyebabkan
sampai saat ini Indonesia belum mampu untuk memenuhi kebutuhan susu dalam
negeri. Hal ini terjadi akibat banyaknya kendala dalam melakukan pengembangan
usaha ternak sapi perah seperti keterbatasan modal, tingginya harga pakan
konsentrat, keterbatasan sumber daya dan juga lahan untuk penyediaan hijauan,
minimnya rantai pemasaran susu. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam usaha
ternak sapi perah adalah terbatasnya teknologi pengolahan kotoran hewan ternak
saat ini yang menyebabkan pencemaran.
Menurut Direktorat
Jenderal Peternakan (2007), perkembangan ekspor susu olahan dan impor susu
bubuk (Skin Milk Powder-SMP) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari tahun 2003-2006, volume ekspor dan produk susu olahan
tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebesar 49.593.646 kg dengan nilai US
$54.830.373. Sedangkan, volume impor tertinggi juga dicapai pada tahun 2005
sebesar 173.084.444 kg dengan nilai US $399.165.422.
Dari angka tersebut, terlihat bahwa volume impor susu
jauh lebih besar daripada volume ekspornya. Hal ini mengindikasikan bahwa
kondisi perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia masih jauh dari target.
Susu
merupakan bahan makanan asal ternak yang memiliki kandungan gizi tinggi. Hal
ini mengakibatkan permintaan akan susu meningkat seiring dengan semakin bertambahnya
populasi manusia setiap tahunnya. Saat ini sebagian besar susu di Indonesia
masih harus diimpor (sekitar 70 %), sedangkan 30%nya di pasok dari produksi
susu domestic yang sebagian besar dihasilkan oleh peternakan sapi perah rakyat.
Selain itu, susu yang dihasilkan oleh peternak sapi perah Indonesia banyak yang
tidak memenuhi standar IPS, sehingga banyak susu yang ditolak pabrik pengolahan
susu. Tidak ada langkah lain selain membuang susu, dan hal ini tentu akan
merugikan peternak Indonesia (Anonim, 2012).
Sebagai
generasi bangsa, setiap masyarakat Indonesia dituntut peran sertanya dalam
pembangunan. Salah satu aspek penting dan vital bagi rakyat Indonesia adalah
bidang pertanian, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergerak dalam sector
pertanian, termasuk didalamnya subsector peternakan. Langkah yang dapat
dilakukan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia adalah
dengan banyak masyarakat yang membudidayakan peternakan sapi perah. Supaya
peternakan sapi perah berjalan sesuai dengan tujuan yaitu memberikan produksi
susu yang tinggi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, maka diperlukan
perencanaan yang matang sebelum memulai membudidayakan peternakan sapi perah
(Sudono, 1999).
BAB II
PEMBAHASAN
ü Memulai Suatu Usaha Peternakan Sapi Perah
Sebelum
memulai beternak sapi perah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dan
diperhitungkan secara matang. Persiapan dan perhitungan ini sangat menentukan
keberhasilan peternakan. Paling tidak, ada tiga hal yang harus dipersiapkan dan
dipertimbangkan yaitu : lahan untuk kandang dan tempat memnanam rumput,
ketersediaan air dan keberadaaan bibit sapi perah.
A. PERSIAPAN LAHAN
1. Lahan Untuk Kandang
Lahan yang
dibutuhkan untuk kandang berdasarkan keadaan sapi perah terbagi atas 3 yaitu
sebagai berikut :
-. Kandang seekor sapi masa
produksi membutuhkan lahan seluas 380 x 140 cm = 5,32 m². luas lahan ini
sekaligus termasuk selokan, jalan kandang dan tempat pakan.
-. Kandang sapi dara siap
bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12 x 20 m = 240 m²/ 10 ekor. Dalm
hal ini, sapi-sapi dara dilepaskan secara berkelompok.
-. Kandang seekor sapi
pedet membutuhkan lahan seluas 150 x 120 cm =1,8 m²
2. Lahan Untuk Penanaman Rumput
Usaha
peternakan sapi perah sangat tergantung pada ketersediaan pakan hijaun. Pakan
berupa hijauan ini bisa diperoleh dari lahan pertanian dan hasil budidaya atau
penananaman secara khusus. Agar peternak memiliki persediaan hijauan, keberadaan
lahan untuk penanaman rumput mutlak diperlukan.
Lahan untuk
kebutuhan ini disesuaikan dengan jumlah sapi perah yang dipelihara. Menurut
pengalaman, lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan hijauan sekitar 10-14
ekor sapi dewasa selama 1 tahun.
B. KETERSEDIAAN AIR
Air mutlak
diperlukan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan susu yang
dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa bahan kering. Disamping itu, untuk
mendapatkan 1 litter susu, seekor sapi perah membutuhkan 3-4 litter air
minum. Untuk menghasilkan susu yang sebgaian besar berupa air tersebut,
keberadaan atau ketersediaan air dilingkungan sekitar lokasi peternakan harus
diperhitungkan. Dengan perhitungan yang matang, peternak diharapkan tidak
mendapat kesulitan di belakang hari.
Dalam peternkan ini, air digunakan
tidak hanya untuk minum sapi namun juga digunakan untuk memnadikan sapid an
membersihkan kandang. Khusus untuk minum, sebaiknya sapi diberikan minum secara
adlibitum atau tidak terbatas jumlahnya (sekenyangnya).
C. BIBIT
Bibit sapi
perah yang akan dipelihara sangat menentukan keberhasilan usaha ini. Hal ini
juga seperti yang terjadi pada rekan saya yaitu bpk. Atta yang bergerak dalam
usaha sapi perah yang pernah mengalami kerugian akibat sapi bibit yang
dibelinya ternyata merupakan sapi yang freemartin (sapi betina namun memiliki
sifat sapi jantan -> tidak bisa bunting). Oleh karena itu maka pemilihan
bibit harus dipikirkan dan dan dilakukan dengan cermat dengan memperhatikan
hal-hal berikut :
1. Genetic atau keturunan
Bibit sapi
perah harus berasal dari induuk yang produktivitasnya tinggi dan pejantan yang
unggul. Hal ini disebabkan sifat unggul kedua induk akan menurun kepada
anaknya. Akan lebih baik lagi jika bibit tersebut berasal dari induk yang produktifitasnya
tinggi yang dikawinkan dengan pejantan unggul.
2. Bentuk ambing
Bentuk
ambing pada sapi perah dapat menentukan kuantitas dan kualitas susu yang akan
dihasilkan. Ambing yang baik adalah ambing yang besar, pertautan antara otot
kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta putting normal (tidak lebih dari 4)
3. Eksterior atau Penampilan
Secara
keseluruhan, sosok bibit sapi perah harus proporsional, tidak kurus dan tidak
terlalu gemuk, kaki berdiri tegak dan jarak antara kaki kanan dan kai kiri
cukup lebar (baik kai depan maupun belakang), serta bulu mengkilat.
Perlu
diketahui, besar tubuh tidak menentukan kauntitas atau jumlah susu yang
dihasilkan serta tidak menentukan ketahaan terhadap penyakit.
4. Umur Bibit
Umur bibit
sapi perah betina yang ideal adalh 1,5 tahun dengan bobot sekitar 300 kg.
sementara itu, umur pejantan 2 tahun dengan bobot badan sekitar 350 kg.
ü Perencanaan
Pengembangan Sapi Perah
Suatu usaha
yang didasarkan pada rencana sebelumnya, hasilnya akan lebih baik dibandingkan
dengan usaha yang dilakukan tanpa ada rencana sebelumnya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam membuat perencanaan sapi perah adalah sebagai berikut:
1. Merintis Usaha
Sebelum
memulai usaha kita harus menentukan titik awal atau latar belakang kita
berusaha, apakah usaha kita merupakan pendirian usaha atau pengembangan usaha.
Jika pendirian usaha, maka perencanaan akan dimulai dari awal, sedangkan jika
pengembangan usaha, maka perencanaan usahanya merupakan perencanaan lanjutan.
Persiapan dalam merintis usaha yaitu harus memperhatikan:
1.
Aspek Umum yang umumnya terdiri dari
social, budaya, tanggapan masyarakat, dukungan pemerintah, dan lain-lain,
2.
Aspek Ekonomi, yaitu berkaitan
dengan analisis usaha yang nantinya apakah usahanya akan menguntungkan atau
sebaliknya memperoleh kerugian. Sehingga aspek ekonomi ini merupakan aspek yang
vital dalam perencanaan usaha peternakan sapi perah,
3.
Aspek Teknis Operasional yaitu aspek
yang terkait dengan teknis dan lingkungan. Tanpa adanya aspek ini, maka
produksi tidak dapat dihasilkan. Untuk memperoleh usaha yang menguntungkan,
maka harus dimulai dari aspek teknis yang baik dan berkualitas.
2. Rencana Kerja Usaha
Rencana
kerja disusun setelah ada ide merintis usaha. Tahap ini merupakan tahap yang
menentukan dalam awal usaha yang dilakukan. Rencana kerja dapat dibagi kedalam
lima bagian, yaitu:
1.
Maksud dan tujuan usaha
Usaha peternakan sapi perah
dijalankan sebagai usaha produksi susu saja atau ditambah dengan usaha
pembibitan sapi perah. Kejelasan maksud dan tujuan akan memudahkan dalam
kelanjutan usaha kedepannya.
2.
Ternak yang akan diusahakan
Ternak yang diusahakan akan
menggunakan jenis ternak tertentu, kemudian jenis kelamin tertentu dan harus
dipastikan jumlah awal ternaknya berapa banyak atau jika pengembangan maka
penambahan ternaknya harus diperhatikan berapa banyak.
3.
Kandang dan Gudang
Hal ini disesuaikan dengan rintisan
usaha, apakah akan membuat bangunan awal atau membuat bangunan tambahan.
4.
Pakan
Pakannya harus dipantau
ketersediaannya, sehingga terjadi kontinyuitas penyediaan pakan. Maka ternak
dapat tercukupi kebutuhan pakannya baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
5.
Pasar
Usaha ternaknya harus mempunyai
pasar yang baik. Jika pasarnya kurang baik, meskipun produksinya tinggi dan
baik maka susu atau pedet tidak dapat dijual dan hal ini akan menyebabkan
kerugian pada usaha peternakan sapi perah.
3. Rencana Penggunaan Modal
Rencana penggunaan modal juga
merupakan aspek yang memiliki peran vital dalam usaha, karena tanpa modal usaha
hanya akan menjadi rencana saja dan tidak adapat diaplikasikan. Modal usaha
yang harus dikeluarkan dalam menyusun rencana usaha peternakan sapi perah
yaitu:
1.
Investasi
·
Kandang
·
Gudang
·
Perumahan
·
Peralatan pemerahan
·
Peralatan teknis pemeliharaan
2.
Biaya Tetap
·
Sapi betina (Laktasi dan kering
kandang)
·
Sapi jantan
·
Pedet betina
·
Pedet jantan
3.
Biaya Operasional
·
Pakan (Hijauan dan konsentrat)
·
Gaji karyawan
·
Obat-obatan
·
Penyusutan bangunan dan peralatan
·
Listrik
·
Penyusutan kematian ternak (sekitar
4-5 %)
·
Pajak
·
Biaya lain-lain.
4.
Perkembangbiakan ideal sapi perah
Sebelum memulai usaha, peternak atau
pengusaha harus mengetahui perkembangbiakan sapi perah. Beberapa hal yang harus
diketahui dan diperhatikan adalah sebagai berikut:
·
Lama kebuntingan 9 bulan
·
Masa kering kandang 2 bulan
·
Siklus birahi 21 hari
·
Lama birahi 2 sampai 3 hari
·
Umur afkir induk atau pejantan 8
sampai 9 tahun
·
Pedet betina diberikan susu sampai
umur 4 bulan
·
Pedet jantan diberikan susu sampai
umur 2 bulan
·
Pedet jantan dapat dijual setelah
umur 1,5 sampai 2 bulan
Langkah yang
perlu dilakukan setelah usaha peternakan sapi perah berjalan adalah dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana target
yang direncanakan tercapai. Sehingga dapat mengambil langkah preventif
sebaliknya pengembangan pada usaha peternakan sapi perah. Hal ini tentu akan
membantu mengurangi ketergantungan bangsa Indonesia akan impor susu. Siapa lagi
yang akan membangun Indonesia jika bukan para penerus dan generasi bangsa.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan diatas Kabupaten Gowa
khususnya Desa Malino sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat atau
lahan peternakan Sapi Perah karena lokasi yang cukup strategis dan suhu yang
sangat mendukung untuk peternakan sapi perah sesuai yang telah di jelaskan
diatas.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2012. http://www.ilmu-peternakan.com/2009/05/perencanaan-peternakan-sapi-perah.html.
di akses pada tanggal 1 Oktober 2012.
Anonim.2012.
http://www.fedcosierra.com/2011/07/persiapan-sebelum-memulai-ternak-sapi.html.
di akses pada tanggal 1 oktober 2012.
Firman, Achmad. 2007. Manajemen
Agribisnis Sapi Perah : Suatu Telaah Pustaka. Fakultas Peternakan, Universitas
Padjadjaran. Bandung
Sudono, Adi. 1999. Ilmu Produksi Ternak
Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal
Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Jakarta: Departemen Pertanian.